A Journey to Freedom. 17th August 1945

Tanggal 17 Agustus 1945,  kita wajib mengenalnya sebagai hari lahirnya Republik Indonesia. Hari dimana ketika segenap bangsa Indonesia yang diwakilkan dua Proklamator kebangsaan kita yang bernama Ir. Soekarno dan Mohammad Hatta membacakan rumusan Teks Proklamasi di kediaman Soekarno di Jl. Pegangsaan Timur No.56, menyatakan diri bahwa bangsa Indonesia bebas dari pengaruh okupasi yang sebelumnya dilakukan oleh Belanda dan dilanjutkan oleh Jepang.

Menilik sejarah merupakan hal yang menyenangkan, selain menambah khazanah keilmuan kita tentang identitas bangsa maupun diri sendiri, dari Sejarah juga bisa menjadi bekal untuk membentuk masa yang akan datang, masa depan suatu bangsa atau negara. Sebagaimana amanat Bung Karno yang sangat terkenal hingga saat ini, yaitu JASMERAH, “Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah, begitu ungkapan beliau untuk generasi masa depan bangsa Indonesia.

Ada yang mengatakan bahwa sejarah dibuat oleh para pemenang dari pelaku sejarah itu sendiri. Kendati kedemikian, ingatlah bahwasannya walau kebenaran dari tingkah laku yang membentuk suatu sejarah tersebut dipendam, ia sewaktu-waktu akan menunjukkan jati dirinya sendiri, apakah disengaja maupun dengan cara yang tidak dilampaui oleh nalar logika manusia.

Baiklah, kita kembali kepada topik diawal tentang kemerdekaan Indonesia. Tahun ini, 2021, Negara Kesatuan Republik Indonesia genap berumur 76 tahun. Sebelum menyatakan diri merdeka dari pengaruh okupasi bangsa asing, terdapat perjalanan yang membentuk momentum bersejarah tersebut, momentum bagaimana Republik Indonesia lahir, dan ini menarik kita ketahui bersama.

Pertama-tama, 3 delegasi Indonesia diundang ke Tokyo untuk menemui Kaisar Hirohito pada September 1944, dari pertemuan tersebut muncul pernyataan janji kemerdekaan Indonesia yang diucapkan oleh Perdana Menteri Koiso pada tanggal 7 September 1945. Momen ini dikenal sebagai Janji Koiso atau Deklarasi Koiso. Janji Koiso adalah sebuah pernyataan politik yang dikeluarkan oleh Perdana Menteri Kekaisaran Jepang Kuniaki Koiso setelah dirinya menggantikan posisi Hideki Tojo sebagai Perdana Menteri. Pernyataan politik ini dikeluarkan pada 7 September 1944 dalam sidang istimewa ''Teikoku Ginkai'' ke 85 di Ibu kota Kekaisaran Jepang, Tokyo. Isi daripada pengumuman ini adalah Kekaisaran Jepang berjanji akan memberikan kemerdekaan bagi Bangsa Indonesia suatu hari. Setelah Perdana Menteri Koiso mengumumkan janji itu, tentara pendudukan Kekaisaran Jepang di Indonesia mulai melonggarkan pengawasan mereka terhadap Kaum Pergerakan Kemerdekaan, kemudian Kekaisaran Jepang juga mulai membentuk berbagai macam organisasi yang menjadi wadah bagi para tokoh pergerakan Kemerdekaan Indonesia seperti Soekarno, Mohammad Hatta, Achmad Soebardjo, dan lainnya. Harapan Perdana Menteri Koiso dengan diumumkannya janji ini adalah agar Indonesia mau membantu Kekaisaran Jepang dalam Perang Dunia II - yang mulai menunjukkan kekalahan bagi pihak Poros (Jerman, Itali dan Jepang) - sebagai bentuk ucapan terima kasih, meskipun akhirnya janji ini tidak terealisasi karena Amerika Serikat berhasil mempercepat perang di fron Asia-Pasifik.

Perdana Menteri Koiso

14 Februari 1945, terjadi pemberontakan PETA di Blitar, saat itu Sang Saka Merah Putih dapat berkibar selama 2 jam di bumi Blitar. Pembela Tanah Air (PETA) berada di bawah kendali pemerintah militer Jepang bahkan ikut memberontak. Ini disebabkan karena perwira PETA kerap direndahkan oleh Jepang. Para Syidokan yang melatih mereka bersikap congkak dan sombong. Mereka juga tak tahan melihat romusha dan pemerasan yang dilakukan Jepang. Salah satu perlawanan PETA terjadi di Daidan (Batalyon) Blitar. Daidan Blitar dibentuk pada 25 Desember 1943. Pemimpinnya adalah Shodanco Supriyadi.

Tentara PETA

1 Maret 1945 dibentuknya Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) yang diketuai oleh Dr. Radjiman Wedyodiningrat dan bertujuan untuk mempersiapkan hal-hal menuju Indonesia Merdeka. BPUPKI memiliki tugas untuk menyelidiki rencana penting dalam pembentukan Negara Indonesia seperti diantaranya  membahas dasar negara Indonesia. BPUPKI melaksanakan sidang pertamanya pada 29 Mei 1945 hingga 1 Juni 1945.

Peristiwa selanjutnya merupakan peristiwa yang sangat monumetal tak hanya bagi Indonesia, namun juga untuk seluruh bangsa di Dunia. Pada tanggal 6 Agustus 1945, seperti yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa Sekutu, dalam hal ini Amerika Serikat mempercepat durasi perang di fron Asia-Pasifik. Pasukan Amerika menjatuhkan bom atom pertama di kota Hiroshima. Bom atom pertama tersebut diberi julukan “Little Boy” ini diterjunkan melalui pesawat khusus bomber dengan kode B-29. Bom dijatuhkan tepat pada pukul 08.15 waktu lokal dan ketika mencapai permukaan tanah, terjadi ledakan yang besar dan diperkirakan setara dengan 15.000 ton bom TNT. Ledakan ini meluluh lantahkan seluruh bangunan serta penghuni kota Hiroshima seluas radius kurang lebih 8 KM.

Bom atom yang diberi nama "Little Boy"

7 Agustus 1945, BPUPKI bubar, digantikan oleh Panitia Persiapan Kemerdekan Indonesia (PPKI) tujuan pembentukan PPKI adalah untuk melanjutkan tugas BPUPKI dalam mempersiapkan rencana pergerakan proklamasi kemerdekaan. Selain itu, PPKI juga dibentuk untuk melakukan tata negara dan membuat struktur kenegaraan. Tujuan pembentukan PPKI ini tidak lain untuk mewujudkan Indonesia sebagai negara yang merdeka dan berdaulat.

9 Agustus 1945, pasukan Amerika Serikat menjatuhkan bom atom untuk kedua kalinya di kota Nagasaki, Jepang. Bom atom kedua tersebut diberi julukan “Fat Man”. Walau dampak yang dihasilkan dari peledakan kota Hiroshima sangatlah buruk, Jepang masih tidak ingin menyerah sehingga pada tanggal 9 Agustus 1945, Amerika sekali lagi menggunakan bom atom untuk menyelesaikan  perang di fron Asia-Pasifik. Mengapa Nagasaki? Pada awalnya Amerika menargetkan kota Kokura namun dikarenakan gangguan cuaca, target diubah ke kota Nagasaki. Hingga pada akhirnya pada tanggal 15 Agustus 1945, Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu dan menyebabkan kondisi vacuum of power atau kekosongan kekuasaan di seluruh wilayah pendudukan Jepang.

Bom atom yang diberi nama "Fat Man"

8 sampai 12 Agustus 1945, Soekarno, Hatta dan Radjiman Wedyodiningrat diterbangkan ke Dalat, Vietnam untuk menemui Marsekal Terauchi dan Indonesia dijanjikan kemerdekaan pada tanggal 24 Agustus 1945 dalam sidang PPKI. Setelah peristiwa tersebut, kemudian pada tanggal 16 Agustus terjadi perbedaan pendapat antara golongan tua dan golongan muda yang melibatkan penculikan Ir.Soekarno dan Mohammad Hatta kemudian ditahan di Rengasdengklok lantaran untuk menjauhkan mereka dari pengaruh Jepang pada saat itu. Dalam hal ini, golongan muda mendesak golongan tua untuk segera mempercepat rencana proklamasi kemerdekaan. Kaum pemuda yang ingin segera merdeka dan akhirnya dijamin oleh Achmad Soebardjo bahwa Proklamasi akan dilaksanakan pada tanggal 17 Agustus 1945.

Rumah Rengasdengklok

17 Agustus 1945, dini hari. Setelah Soekarno-Hatta kembali ke Jakarta, mereka segera mendatangi rumah Laksamana Tadashi Maeda. Di salah satu ruangan, Soekarno, Hatta, Sayuti Melik, Ahmad, dan Sukarni saling berunding untuk membuat teks proklamasi Indonesia.  Soekarno pun menunjuk Hatta untuk menyusun teks tersebut, karena menurut Soekarno bahasa dari Mohammad Hatta dianggap yang paling baik.  Naskah Proklamasi sendiri tertulis dalam 2 jenis, tulis tangan dan ketik.  Naskah proklamasi yang asli ditulis tangan oleh Soekarno. Sedangkan Sayuti Melik yang mengetik naskah proklamasi Indonesia dengan menggunakan mesin tik pinjaman dari kantor Kriegsmarine.

Rumah Laksamana Muda Maeda

17 Agustus 1945, pukul 10.00, Hari-H Proklamasi Kemerdekaan Bangsa Indonesia dilakukan di Jl. Pegangsaan Timur No. 56, (Saat ini bernama Jl. Proklamasi) di rumah kediaman Soekarno pada saat itu, beliau didampingi oleh Mohammad Hatta membacakan naskah proklamasi yang berbunyi :

Proklamasi

Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan Kemerdekaan Indonesia.

Hal-hal yang mengenai pemindahan kekuasaan dan lain-lain, diselenggarakan dengan cara seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.

Jakarta, 17 Agustus 1945. Atas nama Bangsa Indonesia, Seokarno, Hatta

Sekali merdeka tetap merdeka, selama hayat di kandung badan, kita tetap setia membela Indonesia, negara kita. Setelah proklamasi kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945, Indonesia menjadi negara yang berdaulat memiliki pemerintahan sendiri dan memiliki dasar negara sendiri yang bernama Pancasila. 76 tahun sudah kita merdeka dan terus berkembang, kita akan terus maju dan menjadi bangsa yang tangguh dalam kekuataan persaudaran Bhinneka Tunggal Ika.

Sumber :