Proxy War : Sebuah Sejarah Untuk Satu Bangsa Namun Berbeda Negara, Korea Utara Dengan Korea Selatan.
Euphoria Korea atau yang biasa disebut demam K-Pop hingga saat ini masih dapat dirasakan, dimana bermunculan musik dan style ala Korea yang sudah merambah gaya hidup di dalam kehidupan muda-mudi Indonesia pada khususnya. Namun, pada kesempatan kali ini saya bukan membahas tentang gaya hidupnya, melainkan menyuguhkan secara singkat sebuah sejarah yang melatarbelakangi mengapa hingga saat ini Korea Utara dengan Korea Selatan menjadi dua negara yang terpisah karena sebuah ideologi yang berbeda. Karena perbedaan tersebut lahirlah sebuah kepentingan yang berbeda pula, karena kepentingan yang berbeda itu, sebuah peperangan tidak dapat dihindari yang menarik perhatian warga dunia pada saat itu.
Perang Korea adalah konflik antara Korea Utara dan Korea Selatan yang berlangsung mulai tanggal 25 Juni 1950 sampai 27 Juli 1953. Perang ini juga disebut "perang yang dimandatkan" (Proxy War) antara Amerika Serikat dan sekutu PBB-nya dan Komunis Republik Rakyat Tiongkok dan Uni Soviet (juga anggota PBB). Peserta perang utama adalah Korea Utara dan Korea Selatan. Sekutu utama Korea Selatan termasuk Amerika Serikat, Kanada, Australia, dan Britania Raya, meskipun banyak negara lain mengirimkan tentara di bawah bendera PBB.
Perang ini dapat dikatakan sebagai perang saudara, meskipun banyak pihak yang terlibat secara tidak langsung di dalamnya. Korea Utara berusaha untuk menyatukan Semenanjung Korea ke dalam satu pemerintahan tunggal, yang telah terpisah semenjak tahun 1948. Korea Utara didukung oleh Uni Soviet, sementara Korea Selatan didukung oleh Amerika Serikat serta tentara yang dikirimkan di bawah bendera Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Sekutu Korea Utara selain Uni Soviet adalah Republik Rakyat Tiongkok (RRT), yang menyediakan kekuatan militer. Uni Soviet menyediakan penasihat perang, pilot pesawat, dan juga persenjataan tentunya untuk pasukan RRT dan Korea Utara.
Setelah berakhirnya Perang Dunia Kedua, pada tanggal 12 Agustus 1945, tentara Uni Soviet menyerbu Korea dari utara dan memusnahkan sisa-sisa kekuatan tentara Jepang. Sementara itu pada bulan September 1945, Amerika Serikat mendaratkan pasukannya di Korea bagian selatan. Dengan demikian di Korea terdapat dua daerah pendudukan, yaitu Korea Utara oleh Uni Soviet dan Korea Selatan berada di bawah pengaruh Amerika Serikat dengan garis lintang 38 derajat sebagai garis pemisah.
Karena usaha mempersatukan Korea tidak tercapai, maka Korea Selatan membentuk negara Republik Korea dengan ibukotanya Seoul dan Syngman Rhee sebagai Presiden. Di pihak lain, Korea Utara mendirikan Republik Demokrasi Rakyat Korea dengan ibukota Pyongyang di bawah pimpinan Perdana Menteri Kim Il Sung.
Kim Il Sung & Syngman Rhee
Jadilah daerah utara yang lebih dekat dengan RRT dan selatan mendapat dukungan Amerika Serikat (AS). Kepentingan AS tentu penguasaan Semenanjung Korea dalam menghadapi Perang Dingin Melawan Uni Soviet dan RRT di kemudian hari. Masing-masing kepala "boneka" ini baik di utara (Kim Il Sung) maupun di selatan (Syngman Rhee) berusaha mempersatukan Semenanjung Korea menurut garis politik masing-masing.
Kim memutuskan untuk memulai penyerangan ke Selatan, dan pada pertengahan 1950 Joseph Stalin (Pemimpin Uni Soviet kala itu) menyetujuinya. Pada Juni 1950, sebanyak 231.000 tentara Korea Utara (Korut) menyerbu melintas perbatasan (38th parallel). Mereka meligitimasi serangan dengan menyatakan bahwa tentara Korea Selatan (Korsel) telah lebih dulu melanggar perbatasan. Berkat peristiwa ini, perang pun dimulai.
Beberapa jam kemudian, Dewan Keamanan (DK) PBB dengan suara bulat mengecam invasi Korut terhadap Korsel melalui Resolusi 82 DK PBB. PBB pun kemudian menerbitkan Resolusi 83 yang merekomendasikan negara anggota untuk memberikan bantuan militer ke Korsel pada 27 Juni 1950. Hal ini membuat Wakil Menteri Luar Negeri Uni Soviet menuduh Amerika memulai intervensi bersenjata atas nama Korea Selatan. Sementara itu, Korea Utara kemudian memulai "Perang Pembebasan Tanah Air" dengan melalukan invasi darat dan udara. Invasi ini berhasil menguasai beberapa objek dan wilayah, seperti Kaesong, Chuncheon, Uijeongbu, dan Ongjin.
Dalam pertempuran antara saudara Korea ini, Korut lebih siap karena memiliki banyak tentara terlatih dan didukung dengan peralatan perang yang cukup memadai. Sementara itu, di pihak Korsel hanya memiliki beberapa ribu tentara saja dengan peralatan yang jauh lebih sedikit dibanding Korut. Meski demikian, Korsel mendapat dukungan dan bantuan dari AS yang menjaga negera tersebut dari serangan Korut.
Seoul jatuh ke tangan Korut pada akhir Juni 1950. Presiden Truman kemudian memerintahkan Douglas MacArthur yang mengepalai tentara AS di Jepang untuk membantu Korea, Truman terbang ke PBB meminta dukungan. Pada 27 Juni beberapa negara barat siap bertandang ke Korea, perang pertama antara tentara AS melawan Korut dimulai pada 5 Juli.
MacArthur mengadakan operasi Chromite di Incheon untuk menusuk pasukan Korut dari belakang, Pyongyang jatuh ke tangan sekutu. RRT ikut memasuki medan pertempuran atas perintah Perdana Menteri Zhou Enlai dengan 270.000 tentara pada 25 Oktober. Tentara AS mundur pada akhir November 1950 dan Seoul kembali jatuh ke tangan Korea Utara pada Januari 1951.
Gen. Douglas MacArthur
Truman memecat MacArthur dari posisi komandan tentara AS (April 1951) karena beberapa faktor antara lain karena keinginannya untuk membom atom RRT dan diadakannya negosiasi gencatan senjata di Kaesong, Korea Selatan (10 Juli 1951). Negosiasi ini berlanjut selama dua tahun kemudian di Panmunjon (perbatasan dua Korea). Problem utama dari negosiasi ketika itu adalah repatriasi tawanan perang. Dalam hal ini, RRT, Korut dan tentara PBB tidak bisa membuat kesepakatan, karena banyak tentara Tiongkok dan Korut yang menolak kembali ke utara. Dalam perjanjian gencatan senjata terakhir, akhirnya dibentuk Komisi Repatriasi Negara-Negara Netral untuk mengurus masalah tersebut.
Presiden AS setelah Truman, Eisenhower mencoba mengentikan konflik dan datang ke Korea pada November 1952. Selanjutnya dibangun DMZ (Demilitarized Zone) pada Juli 1953. Akhirnya, pada 27 juli 1953, AS, RRT dan Korut menandatangani persetujuan gencatan senjata. Presiden Korea Selatan, Syngman Rhee, menolak menandatanganinya namun berjanji menghormati kesepakatan gencatan senjata tersebut. Walaupun begitu, secara resmi, perang ini belum berakhir sampai saat ini. Untuk itu, ibarat api dalam sekam, perang antara saudara Korea tersebut sewaktu-waktu bisa meletus kembali.
Presiden Dwight Eisenhower & batas DMZ (Demilitarized Zone) yang berwarna merah muda
Sementara itu, jumlah korban dalam Perang Korea ini cukup banyak. Jumlah korban di pihak Amerika Serikat sebanyak 50.000 orang Korea Selatan 673.000 orang dan Uni Soviet 315 orang. Hal ini belum terhitung dengan jumlah korban luka-luka di antara kedua belah pihak yag mencapai 5.000.000 orang lebih. Walaupun begitu, kedua belah pihak khususnya Korea Utara dan Korea Selatan hingga saat ini terus memperkuat dirinya masing-masing.
Dengan memperhatikan sejarah yang terjadi di dataran Korea, mereka memiliki wajah yang sama dan bahasa yang serupa. Kemudian aku pun teringat dan berpikir dari sebuah slogan yang tertera dalam lambang negara kita yaitu Pancasila. Dalam cengkraman kuku Garuda yang perkara tertulis "Bhinneka Tunggal Ika". sebuah adagium berasal dari Kakawin Sutasoma pada era Kerajaan Majapahit yang memiliki arti berbeda-beda tetapi tetap satu jua.
Indonesia itu luas, dalam satu bangsa ini, banyak rupa yang berbeda, banyak bahasa yang menjadi identitas dari tiap-tiap suku yang ada di negeri ini, namun semuanya disatukan dalam satu cita-cita yang termaksud juga dalam satu sila di Pancasila yaitu Persatuan Indonesia. Faktanya, kita berhasil, masih berhasil hingga saat ini sebagaimana para Pahlawan dan para Pendiri bangsa terdahulu ketika menginisasi pembentukan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pertahankan cita-cita itu, karena sejarah telah memberikan kita sebuah pembelajaran.
Sumber :
Perang-Perang Paling Berpengaruh di Dunia, ditulis oleh Akhmad Iqbal.
Perang-Perang Paling Fenomenal Dari Klasik Sampai Modern, ditulis oleh Agus N. Cahyo
Images from Google
0 Komentar
Belum ada komentar, jadilah yang pertama!Masuk dan Beri Komentar